Saya sudah seminggu lebih tinggal di kota kecil bernama Hinatuan ini. Di kota inilah, kepercayaan saya terhadap masyarakat yang menjaga lingkungannya terpulihkan atau restored. Kota yang berpenduduk 38, 484 (2009) terkenal dengan kota yang mempunya 0 (nol) sampah - Zero Basura Town
|
We should have this kind of Olympic! |
Hinatuan terdiri dari 24 Barangays di mana 10 Barangayas ada di Riverside dan 11 Barangays ada di Coastal. Nah, yang 3 lagi kemana yah? Saya juga agak bingung kenapa tidak tercantum di profile municipality-nya.
Saat ini saya ada di Barangay Maharlika. Barangay yang kecil dan nyaman. Ada dua hal menarik di kota ini:
1. Pertama, ada sirene untuk jam malam. Setiap waktu menunjukkan jam 8 malam, akan terdengar sirene di kota ini. Bukan untuk menandakan kebakaran, tapi untuk menandkaan jam malam bagi pemuda-pemudi yang berusia di bawah 18 tahun untuk kembali dan masuk ke rumah masing-masing. Efek dari sirene ini? ya, kotanya jadi sepi ketika masuk jam 8, tidak ada saling ngeceng-mengecengi berhubung mukanya juga tidak keiatan karena jalan-jalan sudah gelap gulita.
Jam malam yang kedua di jam 12 malam. Diharapkan semua orang sudah masuk dan beristirahat dengan tenang. Tapi kalau yang jam malam kedua ini saya tidak tahu keefektifannya berhubung saya sudah terlelap. Yah, saya kan bagian dari yang di bawah 18 tahun itu. hehehe...
Dampak dari jam malam ini? Semua orang bangun pagi-pagi sekali. Jam 6 di kota ini sudah seperti jam 7, jalanan ramai dan cahaya terang benderang. Bahkan mataharipun sepertinya terbit lebih cepat di kota ini.
|
Maharlika Brgy. in the morning |
|
this is only 8 pm |
2. Waste Management
Kota ini punya regulasi yang ketat tentang pengaturan sampah dan penggunaan plastik. Setiap rumah, tidak terkecuali, harus memilah milah sampahnya menjadi beberapa kelompok: kertas, foil, botol plastik, kaca dan sejenisnya. Sedangkan untuk sampah dapur dan sisa makanan, pemerintah mneggalakkan setiap rumah tangga untuk mengolahnya terutama menjadikan kompos. Home-gradening dikampanyekan supaya setiap rumah bisa memelihara kebun atau pun tanaman untuk menghijaukan lingkungan sekitar. Ide dasar tentang adanya kebun keluarga ini juga untuk mendukung peningkatan food security/ ketahanan pangan di tiap-tiap keluarga. Salut!
tahun 2010, Hinatuan memenangkan zero-basura olympics yaitu kompetisi tentang pengelolaan sampah di lingkup nasional.
|
segregated waste management |
Kalau masih ada yang berkomentar bahwa isu lingkungan merupakan isu elite yang hanya bisa dinikmati dan dilakukan segelintir orang. Check this out! Bahkan rumah yang berada di pinggir rawa ini bisa memilah sampahnya dengan sangat baik. Tidak ada bau busuk menusuk ataupun lalat-lalat mengerumuni tumpukan sampah yang terbengkalai.
|
you see those sacks? Waste management no excuse |
Regulasi tentang plastik juga sagat ketat di kota ini, ketika Anda berbelanja tidak akan ada toko yang memberikan plastik. Barang belanjaan Anda hanya akan dibungkus dengan kertas koran bekas dan kalau Anda berbelanja cukup banyak dihaapkan Anda membawa sendiri tas berbelanja. No plastic allowed that's the rule. Juara!
Untuk memastikan bahwa peraturan ini tidak dilanggar, sesekali dan secara acak akan ada semacam petugas yang berkunjung ke rumah untuk memeriksa sampah Anda. Kalau belom terpilah denga n benar akan ada peringatan di kunjungan pertama, jika setelah diperingatkan masih terjadi lagi akan dikenai penalti sebesar 500php (Rp. 125,000)
|
we always bring that net bag ev'time we do shopping |
Ini yang saya salut sekali, terdengar tidak mungkin untuk dilakukan di Indonesia? Sayangnya iyah, tapi harusnya kalau ini bisa dilakukan di kota dengan ekonomi yang beragam ini, tidak ada alasan untuk tidak bisa mereplikasikan sistem ini setidaknya di satu desa saja di Indonesia. Pasti akan sangat indah dan bermanfaat untuk lingkungan dan sekitar.
|
you can see the recycle ad everywhere |
Ih...kirain kota kecil yang kayak gimana..ternyata pemikirannya lebih modern daripada yg ngaku modern, euy!
ReplyDelete